Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Mumtaza Islamic School ikut ambil bagian dalam membantu korban bencana alam Cianjur. Hal itu merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama dan implementasi dari nilai-nilai pendidikan yang diajarkan di Mumtaza.
Bersama orang tua siswa, dewan guru dan karyawan, MI Mumtaza menggalang donasi untuk para korban. Total dana yang terkumpul sekitar Rp30 juta. Bantuan yang terkumpul juga berupa bahan makanan seperti beras, mie instan, minyak, dan makanan ringan. Selain itu juga ada pakaian, selimut, obat-obatan dan sebagainya
Koordinator guru Islamic, Nurmawan mengatakan, jumlah bantuan tersebut belum final, karena masih ada beberapa donatur yang mengirimkan bantuan secara online. "belum bisa disebutkan angka pastinya semua karna setelah kita sampaikan donasi, masih ada yang transfer. Belum dihitung, karna rencananya donasi akan kita berikan kesana lagi," kata Nurmawan kepada Tim Media Mumtaza.
Bantuan diberikan ke Desa Cugenang yang menjadi daerah paling parah terdampak gempa. Total pengungsi ada sekitar 1018 jiwa yang terbagi di beberapa lokasi pengungsian. MI Mumtaza memberikan bantuan melalui posko relawan yang terdiri dari guru, asatidz, mahasiswa dan sebagainya. Mereka membantu para korban dan tinggal di sana.
"Para relawan dan para korban berterima kasih, karena Mumtaza sudah peduli dan memberikan bantuan kepada mereka dalam bentuk sembako dan barang-barang yang dibutuhkan," ungkap Nurmawan.
Bantuan disampaikan langsung oleh kepala MI Mumtaza Mr Khalimi pada Rabu, 30 November 2022. Beliau berterima kasih kepada para donatur yang telah memberikan bantuan untuk para korban.
"Untuk para donatur terima kasih semoga Allah memberikan ganjaran dan pahala, sedikit banyaknya bantuan anda sangat berarti bagi korban di Canjur ini," ungkap Khalimi.
"Mari sama-sama kita doakan untuk para korban semoga segera pulih dan yang menjadi korban jiwa semoga Allah beri ganjaran pahala surga kelak," pungkanya.
Gempa bumi Cianjur terjadi pada 21 November 2022 pada pukul 13.21 WIB, dengan kekuatan 5,6 Magnitudo. Gempa itu terasa hingga Bandung, DKI Jakarta, Tangerang, Rangkasbitung, dan Lampung. Total hingga saat ini ada sekitar 600 orang korban meninggal dunia dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.