Selasa 13 Mei 2025, Udara malam di Stasiun Gambir terasa begitu bersemangat. Ratusan pasang mata mungil, penuh antusiasme, adalah milik siswa-siswi kelas 6 MI Mumtaza Islamic School. Hari itu adalah hari yang telah mereka nanti-nantikan: dimulainya perjalanan final project ke Yogyakarta. Bukan sekadar rekreasi, perjalanan ini dirancang sebagai puncak pembelajaran, mengukir pengalaman langsung yang tak didapat di bangku sekolah. Setelah pengecekan ID Card dan penomoran bagasi, gerbong kereta membawa mereka melaju, perlahan meninggalkan hiruk pikuk ibu kota, menuju Kota Pelajar yang menyimpan jutaan kisah.
Rabu, 14 Mei 2025
Setibanya di Stasiun Tugu Yogyakarta, sambutan hangat dari udara sejuk langsung menyapa. Tanpa membuang waktu, rombongan bertolak menuju destinasi pertama: Desa Wisata Pulesari. Suasana pedesaan yang asri, jauh dari bising perkotaan, langsung menghipnotis. Di sini, konsep learning by doing benar-benar diterapkan. Anak-anak dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengikuti berbagai aktivitas outbound yang menguji kekompakan dan keberanian. Tawa riang dan sorak sorai memenuhi udara Pulesari, menunjukkan betapa mereka menikmati setiap detik kebersamaan. Setelah puas bermain, makan siang dengan menu khas desa terasa begitu nikmat, mengisi kembali energi yang terkuras.
Sore harinya, perjalanan dilanjutkan menuju Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal Irsyad. Di sinilah mereka mendapatkan pengalaman langsung tentang kehidupan pesantren. Anak-anak berinteraksi dengan para santri, melihat rutinitas belajar dan beribadah. Mereka bahkan berkesempatan mengikuti salat berjamaah dan mendengarkan pengajian, merasakan atmosfer kedamaian dan ketenangan yang melekat di lingkungan pondok. Kunjungan ini bukan sekadar observasi, tetapi juga kesempatan untuk merefleksikan nilai-nilai kesederhanaan, kemandirian, dan ketekunan dalam menuntut ilmu agama.
Kamis, 15 Mei 2025
Setelah acara penutupan kunjungan ke pesantren, pagi itu juga rombongan bertolak menuju Kampung Batik Giriloyo, Imogiri, Yogyakarta. Senyum ceria dan semangat membara terpancar dari wajah siswa-siswi kelas VI MI Mumtaza Islamic School saat mereka menjejakkan kaki di wilayah ini. Destinasi edukatif ini menjadi salah satu pembelajaran sekaligus kesempatan langka untuk menyelami kekayaan budaya Indonesia, khususnya seni batik tradisional.
Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada para siswa tentang proses pembuatan batik, mulai dari mengenal alat dan bahan, hingga mencoba langsung teknik canting dan menyaksikan bagaimana proses pewarnaan kain batik dilakukan. Dipilihnya Kampung Batik Giriloyo bukan tanpa alasan. Kawasan ini terkenal sebagai sentra batik tulis tradisional yang masih mempertahankan metode kuno dan motif-motif klasik.
Setibanya di lokasi, rombongan MI Mumtaza Islamic School disambut hangat oleh para pengrajin batik setempat. Anak-anak langsung diajak berkeliling melihat berbagai tahapan pembuatan batik. Mereka terlihat antusias memperhatikan setiap detail, mulai dari proses nyanting (melukis lilin pada kain), mori (pewarnaan), hingga nglorod (menghilangkan lilin).
"Wah, ternyata bikin batik itu susah ya, butuh kesabaran!" celetuk salah satu siswa, sambil mencoba memegang canting. Pengalaman membatik secara langsung menjadi momen paling berkesan bagi mereka. Dengan bimbingan para pengrajin, satu per satu siswa mencoba menorehkan lilin pada kain mori, menciptakan pola-pola sederhana yang nantinya akan menjadi karya batik mereka sendiri.
Siang harinya, fokus beralih ke warisan sejarah. Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan kembali ke Candi Prambanan, kali ini untuk eksplorasi lebih detail. Di bawah bimbingan guru, mereka menelusuri setiap sudut kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia ini. Arsitektur yang megah, relief-relief yang mengisahkan legenda Ramayana, dan aura sakral yang kuat, semuanya menyuguhkan pelajaran sejarah dan budaya yang tak ternilai harganya. Mereka belajar tentang akulturasi budaya, toleransi beragama yang tercermin dari keberadaan candi Hindu dan Buddha di satu kawasan, serta kehebatan nenek moyang dalam membangun mahakarya arsitektur. Setelah puas berkeliling, mereka kembali ke penginapan untuk membersihkan diri dan istirahat, mengisi ulang tenaga untuk petualangan hari berikutnya.
Jumat, 16 Mei 2025
Hari dimulai dengan aktivitas kebersihan pagi dan sarapan bersama di rooftop Edu Hostel. Destinasi utama hari ini adalah Keraton Yogyakarta. Di sini, anak-anak diajak menyelami pusat kebudayaan dan pemerintahan Jawa. Mereka berkeliling melihat arsitektur tradisional, koleksi benda-benda pusaka, dan mendengar kisah-kisah tentang raja-raja dan keluarga keraton. Penjelasan dari pemandu lokal membuat sejarah terasa hidup, memperkenalkan mereka pada filosofi Jawa yang kaya dan tradisi yang lestari.
Namun, kejutan sesungguhnya menunggu setelah makan siang. Dari sini, petualangan mendebarkan wisata Jeep Merapi dimulai. Dengan mobil jeep off-road, mereka menjelajahi area bekas erupsi Gunung Merapi, melihat sisa-sisa lahar dingin, rumah-rumah yang terkubur pasir vulkanik yang menjadi saksi bisu keganasan alam. Pengalaman ini memberikan pelajaran langsung tentang kekuatan alam dan ketahanan masyarakat sekitar. Adrenalin terpacu, tetapi dibarengi dengan kekaguman akan pemandangan alam yang dramatis.
Perjalanan dilanjutkan menuju Kawasan Kaliurang untuk check-in di Glamping D'Kaliurang Resort, sebuah pengalaman menginap yang unik. Malam harinya, suasana kebersamaan semakin hangat dengan acara makan malam dan tukar kado, sebuah tradisi yang mempererat tali persahabatan antar siswa.
Sabtu, 17 Mei 2025
Ini adalah hari terakhir petualangan penuh eksplorasi. Setelah packing dan sarapan, anak-anak berkunjung ke sentra kaos khas Jogja, berburu kaus-kaus unik sebagai kenang-kenangan. Selanjutnya, wisata belanja oleh-oleh menjadi agenda utama. Mereka berkesempatan memilih aneka camilan khas, kerajinan tangan, dan tentu saja, bakpia yang menjadi ikon kuliner Yogyakarta. Momen ini bukan sekadar berbelanja, tetapi juga mengamati ragam produk lokal dan berinteraksi dengan pedagang.
Sore harinya, setelah makan di sebuah resto, saatnya untuk berpisah dengan Yogyakarta. Rombongan bergerak menuju Stasiun Tugu. Setelah check-in dan menunggu keberangkatan, kereta pun perlahan melaju, membawa mereka kembali ke Stasiun Gambir. Tiba di Jakarta pada dini hari tanggal 18 Mei 2025, anak-anak MI Mumtaza Islamic School membawa pulang bukan hanya oleh-oleh fisik, tetapi juga segudang pengalaman, ilmu, dan kenangan tak terlupakan. Final project ini telah berhasil menjadi jembatan antara teori dan praktik, memperkaya wawasan mereka tentang budaya, sejarah, agama, dan yang terpenting, arti kebersamaan. Perjalanan ini akan menjadi kisah yang selalu mereka kenang dan ceritakan, sebuah jejak berharga di tanah istimewa Yogyakarta.
---------------------------------------------------
Disusun oleh : Ahmad M.